Allah Maha Tahu Apa yang
Dibutuhkan Hambanya
Tepat pada
tanggal 21 agustus 2017 kami berdua, Adi dan saya berada di depan kantor
imigrasi. Kami berangkat dengan motor yang tak begitu jelek tetapi memiliki
tenaga yang tidak kalah dengan sepeda motor bagus lainnya. Antrian yang panjang
kami tunggu sejak jam 08.00 pagi. Tak terasa terik matahari sudah mulai
meninggi, sekitar 15 menit kami berbaris rapi di depan pintu masuk kantor
imigrasi tapi belum juga terlihat pintu kantor imigrasi. Rasa lelah, lapar dan
dahaga sudah mulai terasa pada tubuh kami bersamaan dengan keringat yang
bercucuran dari kepala hinga punggung. Tujuan utama kami di kantor imigrasi
tidak lain adalah untuk membuat passport sebagai syarat untuk berangkat ke luar
negeri. Berlama-lama kami menunggu tampak terlihat seorang ibu yang murung
wajahnya.
Setelah saya
menghampiri dan menanyakan “mengapa bu, apa ada masalah dengan pembuatan
passportnya” .
“yha nak ini
dokumen-dokumennya belum terpenuhi semua” sahut sang ibu.
Saat itu saya
langsung lega dengan ucapan sang ibu, karena sudah satu minggu yang lalu kami
sudah mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Dokumen-dokumen yang perlu
di perlukan dalam pembuatan passport antara lain adalah E-KTP, Kartu Keluarga,
dan Akta Kelahiran atau Ijasah Sekolah mulai dari SMP sampai SMA.
Tak lama
kemudian sekitar 10 menit dari pembicaraan bersama sang ibu, kami tepat berada
dalam ruangan administrasi. Ditempat tersebut hati dan pikiran sudah mulai
tidak stabil
“kalaupun
saya GAGAL dalam pembuatan passport kali ini, saya yakin Allah Punya rencana
yang baik buat saya, karena sebaik-baiknya rencana, paling baik adalah rencana
ALLAH SWT”.
Tak disangka
firasat saya benar bahwa kami pun ditolak, dikarenakan syarat untuk membuat
passport online adalah menunjukkan barcoth yang nantinya di scan. Namun barcoth
yang kami bawa berupa kertas print bukan dengan menunjukkan barcoth dari
handphone atau alat komunikasi lain. Hal itu membuat kami kebingungan,
“Di bagaimana
ini” sahut saya bertaya pada Adi yang kelihatan sedang kebingungan.
“yha sudah kita kembali ke kampus untuk
meminjam Handphone atau alat lainnya” sahut Adi.
***
Setibanya di kampus, kami
langsung berlari melewati tangga hingga tiba di lantai 3.
“ kita bagi
tugas, kamu cari HP pada dosen dan saya mencari HP pada mahasiswa” sahut saya
dengan wajah penuh keringat sambil menunjuk kearah rungan dosen.
Tak lama
kemudian adi menghapiriku dengan wajah yang meyakinkan.
“bagaimana brow”
sahut saya,
“Alhamdulillah
dapat brow” jawab Adi.
“ let’s go” jawab saya.
Setelah
mendapatkan HP kami berdua langsung pergi meninggalkan kampus dengan perasaan
bahagia.
***
Sekitar 15 menit
berlalu tibalah kami di kantor imigrasi, waktu yang kami butuhkan hanya sekitar
lima menit. Karena sesuai dengan prosedur yang ada, proses booking dari 08.00
sampai 09.00. Namun jam tangan telah menunjukkan angka 08.56 artinya waktu kami
kurang dari lima menit. Badan, hati, pikiran sudah mulai tidak stabil,
“ayo brow cepat,
waktu kita kurang dikit lagi” teriak adi sambil menunjuk pada jam tangannya.
Setelah sampai
di kantor adi langsung memberikan barcoth online yang dimilikinya, “ ini mbak”
adi meneyerahkan HP kepada petugas. “Bagaimana mbak?” Tanya adi
“Alhamdulillah
bisa mas, silahkan isi semua berkas berkasnya dan tunggu sebentar”
Waktu bokking
hampir habis, sedangkan saya masih belum bisa loggin di antrian passport
online. Tak lama kemudian waktu booking saya habis dan saya masih belum bisa
loggin. Saya berpikir bahwa
“ini semua
Allah yang mengaturnya, dan Allah pasti tahu apa yang dibutuhkan hambanya”
***
seminggu
kemudian saya booking antrian passport online dengan penuh keyakinan, karena
saya tidak mau mengulangi lagi kesalahan yang sama. Alhamdulillah pas tepat
tanggal 22 oktober jadwal pembuatan passport dilakukan. Namun yang menjadi
tantangan pada saat itu juga adalah bertepatan dengan seminar proposal skripsi
yang saya ajukan. Dari dua pilihan yang begitu berat tetap saya harus memilih
salah satu pilihan tersebut atau dua dua pilihan tersebut diambil.
“mengapa ini
bisa terjadi” bisik dalam hati.
“ mungkin
allah menguji hambanya untuk menjadikan hambanya manjadi kuat dalam menghadapi
masalah” dengan posisi mata yang sedikit memejam.
Sempat berdiam
diri sejenak untuk memikirkannya, jika saya tidak membuat passport sekarang,
waktu yang dibutuhkan untuk membooking antrian passport online sangat lama
sekitar satu bulan. Akhirnya saya putuskan dengan hati yang lapang bahwa saya
memilih kedua nya. Dari sisnilah saya mulai belajar untuk memutuskan suatu
permasalahan.
Alhamdulillah
pembuatan passport sudah dilalui dan seminar proposal skripsi sudah dilewati
tinggal satu langkah lagi untuk melanjutkan ke luar negeri. Langkah selanjutya
adalah memastikan sekolah yang dituju dan mencari dana yang akan digunakan.
0 comments:
Post a Comment