Pages

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Sunday, 18 February 2018


Allah Maha Tahu Apa yang Dibutuhkan Hambanya
Tepat pada tanggal 21 agustus 2017 kami berdua, Adi dan saya berada di depan kantor imigrasi. Kami berangkat dengan motor yang tak begitu jelek tetapi memiliki tenaga yang tidak kalah dengan sepeda motor bagus lainnya. Antrian yang panjang kami tunggu sejak jam 08.00 pagi. Tak terasa terik matahari sudah mulai meninggi, sekitar 15 menit kami berbaris rapi di depan pintu masuk kantor imigrasi tapi belum juga terlihat pintu kantor imigrasi. Rasa lelah, lapar dan dahaga sudah mulai terasa pada tubuh kami bersamaan dengan keringat yang bercucuran dari kepala hinga punggung. Tujuan utama kami di kantor imigrasi tidak lain adalah untuk membuat passport sebagai syarat untuk berangkat ke luar negeri. Berlama-lama kami menunggu tampak terlihat seorang ibu yang murung wajahnya.
Setelah saya menghampiri dan menanyakan “mengapa bu, apa ada masalah dengan pembuatan passportnya” .
“yha nak ini dokumen-dokumennya belum terpenuhi semua” sahut sang ibu.
Saat itu saya langsung lega dengan ucapan sang ibu, karena sudah satu minggu yang lalu kami sudah mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Dokumen-dokumen yang perlu di perlukan dalam pembuatan passport antara lain adalah E-KTP, Kartu Keluarga, dan Akta Kelahiran atau Ijasah Sekolah mulai dari SMP sampai SMA.
Tak lama kemudian sekitar 10 menit dari pembicaraan bersama sang ibu, kami tepat berada dalam ruangan administrasi. Ditempat tersebut hati dan pikiran sudah mulai tidak stabil
“kalaupun saya GAGAL dalam pembuatan passport kali ini, saya yakin Allah Punya rencana yang baik buat saya, karena sebaik-baiknya rencana, paling baik adalah rencana ALLAH SWT”. 
Tak disangka firasat saya benar bahwa kami pun ditolak, dikarenakan syarat untuk membuat passport online adalah menunjukkan barcoth yang nantinya di scan. Namun barcoth yang kami bawa berupa kertas print bukan dengan menunjukkan barcoth dari handphone atau alat komunikasi lain. Hal itu membuat kami kebingungan,
“Di bagaimana ini” sahut saya bertaya pada Adi yang kelihatan sedang kebingungan.
 “yha sudah kita kembali ke kampus untuk meminjam Handphone atau alat lainnya” sahut Adi.
***
                Setibanya di kampus, kami langsung berlari melewati tangga hingga tiba di lantai 3.
“ kita bagi tugas, kamu cari HP pada dosen dan saya mencari HP pada mahasiswa” sahut saya dengan wajah penuh keringat sambil menunjuk kearah rungan dosen.
Tak lama kemudian adi menghapiriku dengan wajah yang meyakinkan.
“bagaimana brow” sahut saya,
“Alhamdulillah dapat brow” jawab Adi.
 “ let’s go” jawab saya.
Setelah mendapatkan HP kami berdua langsung pergi meninggalkan kampus dengan perasaan bahagia.
***
Sekitar 15 menit berlalu tibalah kami di kantor imigrasi, waktu yang kami butuhkan hanya sekitar lima menit. Karena sesuai dengan prosedur yang ada, proses booking dari 08.00 sampai 09.00. Namun jam tangan telah menunjukkan angka 08.56 artinya waktu kami kurang dari lima menit. Badan, hati, pikiran sudah mulai tidak stabil,
“ayo brow cepat, waktu kita kurang dikit lagi” teriak adi sambil menunjuk pada jam tangannya.
Setelah sampai di kantor adi langsung memberikan barcoth online yang dimilikinya, “ ini mbak” adi meneyerahkan HP kepada petugas. “Bagaimana mbak?” Tanya adi
“Alhamdulillah bisa mas, silahkan isi semua berkas berkasnya dan tunggu sebentar”
Waktu bokking hampir habis, sedangkan saya masih belum bisa loggin di antrian passport online. Tak lama kemudian waktu booking saya habis dan saya masih belum bisa loggin. Saya berpikir bahwa
“ini semua Allah yang mengaturnya, dan Allah pasti tahu apa yang dibutuhkan hambanya”
***
seminggu kemudian saya booking antrian passport online dengan penuh keyakinan, karena saya tidak mau mengulangi lagi kesalahan yang sama. Alhamdulillah pas tepat tanggal 22 oktober jadwal pembuatan passport dilakukan. Namun yang menjadi tantangan pada saat itu juga adalah bertepatan dengan seminar proposal skripsi yang saya ajukan. Dari dua pilihan yang begitu berat tetap saya harus memilih salah satu pilihan tersebut atau dua dua pilihan tersebut diambil.
“mengapa ini bisa terjadi” bisik dalam hati.
“ mungkin allah menguji hambanya untuk menjadikan hambanya manjadi kuat dalam menghadapi masalah” dengan posisi mata yang sedikit memejam.
Sempat berdiam diri sejenak untuk memikirkannya, jika saya tidak membuat passport sekarang, waktu yang dibutuhkan untuk membooking antrian passport online sangat lama sekitar satu bulan. Akhirnya saya putuskan dengan hati yang lapang bahwa saya memilih kedua nya. Dari sisnilah saya mulai belajar untuk memutuskan suatu permasalahan.
Alhamdulillah pembuatan passport sudah dilalui dan seminar proposal skripsi sudah dilewati tinggal satu langkah lagi untuk melanjutkan ke luar negeri. Langkah selanjutya adalah memastikan sekolah yang dituju dan mencari dana yang akan digunakan.

0 comments:

Post a Comment