Usaha Yang Tak Sia-Sia
Sekitar dua hari
setelah pembuatan passport, saya berpikir untuk melanjutkan usaha keras yang
berikutnya. Pada sore hari selepas kuliah, terkadang saya membaringkan badan
sejenak di ranjang asrama yang mulai mengempes. Tak lama kemudian sambil
memikirkan apa yang dilakuakn hari esok, dari kejauhan tampak seorang yang
berbaju putih, tinggi dan kurus. Kupandangi dari kejauhan semakin lama semakin
kelihatan wajah dari seseorang tersebut. Dan ternyata seorang tersebut adalah
Ubay teman samping ranjangku, dengan raut wajah yang begitu sumringah.
“bay! Gelem
ngewangi aku gak?” sambil ku dekati dia.
Ia langsung
menjawab” iya, onok apa pin, onok sing isok diewangi ta?” dengan raut wajah
yang penuh penuh penasaran.
“ ngene lo bay,
duitku entek, tapi maringene nang luar negeri bay”
“ ayo join sama
aku aja kalua gitu” ubay menjawab dengan penuh semangat
“ join apa ya
enaknya”
“ hhhhmmmm, kalau
gitu kita join menjual jajanan atau snack yang pas dikantong mahasiswa pin”
“ok, kapan
berangkat membeli snacknya bay”
Pada keesokan
harinya kami berangkat membeli snack satu kilo yang nantinya kami membungkusnya
sendiri. Dengan mengayuh santai sepeda milik mahasiswa STKIP Al Hikmah Surabaya
kami berdua berangkat menuju tempat bersama-sama. Sekitar 1 kilo meter jarak
kami menempuh toko snack. Dengan tekat yang kuat kami yakin usaha kami tak
akan sia-sia.
***
Suasana pagi di
hari libur pekan yang cerah, embun pagi jatuh di dedaunan yang hijau. Seperti
biasanya para santri Ma’had Aly Al Hikmah Surabaya malakukan kegiatan
menghafal, murajaah, mentadaburi Al Qur’an di masjid. Sama halnya dengan santri
yang lain saya mengahafal Al Qur’an dan menyetorkan hafalan kepada ustadz aidin
selaku mustami’ di halaqoh kami. Tak beberapa lama setelah menyetorkan hafalan,
ubay dengan wajah penuh gembira datang menghampiriku “ pin gimana hasil kantin
kejujuran minggu ini” Tanya ubay.
“Alhamdulillah
bay, sekitar 40 ribu untung kita minggu ini dan modal penjualan di kantin
kejujuran kembali”
“ yha, kalau
dihitung tiap bulan kita untung 160 ribu” jawab ubay
Namun sekitar 3
minggu berjualan, kami mengalami penurunan dikarenakan semua santri sudah mulai
bosan dengan sanck yang kami jual. Akhirnya kami memutuskan untuk menjual
makanan lain yang harga nya murah dan disukai oleh mahasiswa yang ada di
ma’had. Kurun waktu ubay pun beralih berjualan dorayaki dengan umar, harga yang
murah dan berfariatif. Hari untuk igs luar negeri semakin dekat, namun
pundi-pundi uang yang terkumpul belum banyak. Tampa berpikir panjang saya
datang keteman lama saya dengan niat mencari pekerjaan. Namun alhasil malah
yang didapatkan adalah uang hutang dari teman yang lainnya. “ yha
alhamdulillah meski uang hutang saya yakin ini uang berkah” .
seminggu setelah mendpatkan dana dan
passport, kami berempat langsung berangkat ke Malaysia, sedangkan yusuf masih
tertinggal di Indonesia dikarenakan ada kendala pada passport nya.
Kesasar Di negeri Jiran
Pada Jum’at pagi tanggal 18 November yang indah di musim pengalihan
antara kemarau dengan hujan itu, setelah mengikuti brefing pagi jam 7 pagi,
kelompok kami menyempatkan diri untuk membaca Al Qur’an di lorong lantai 4
gedung B STKIP Al Hikmah Surabaya. Setelah membaca lembar demi lembar, ayat
demi ayat, tiba tiba terdengar suara dari pintu ruang arofah “ayo masuk
kedalam” kata Ust Rohman, selaku wakil penanggung jawab mata kuliah abad
21. Sebelumnya kami sudah ada janjian
bersamanya untuk mempresentasikan persiapan kami sebelum berangkat ke luar negeri.
Tak lama kami berlima langsung beranjak untuk menemui beliau dan langsung masuk
bergantian. kami berlima beranggotakan Yusuf, Abdan, Farid, Farich dan saya
sendiri. “Assalamualikum Wr.Wb” sahut kami bersama sama didepan semua dosen,
selama kurang lebih 10 menit kami menjelaskan persiapan keberangkatan kami di
Malaysia.
Tak terasa matahari sudah mulai
meninggi, sebentar lagi kisah perjalanan kami baru saja dimulai. Perjalanan
kami dimaulai dengan menggunakan kereta dari stasiun wonokromo menuju kota
metropolitan jakarta. Keramaian tampak di stasuin dari mulai bangku yang sesak
hinga sudut-sudut stasiun pun menjadi incaran bagi para pelancong seperti kami
untuk menunggu kedatangan besi berjalan. Bagi sebagian orang perjalanan jauh
dengan menggunakan kereta sangat membosankan. Namun berbeda dengan ku,
perjalanan ini merupakan bagian dari sebuah penghematan biaya.
Tak terasa, siang sudah
bergantii malam, Sepanjang malam, jalanan kota hari ini sepi, malam semakin
larut. Bebunyian yang tersisa hanyalah suara dengkur penumpang yang kelihatan
kelelahan. Hampir sekitar 7
jam aku berada di kursi penumpang dan tak lupa untuk tunaikan kewajiban sebagai
orang muslim (Sholat).
Inilah pertama kali aku sholat lima waktu dan ditambah sholat di kursi penumpang kereta api jurusan kota
metropolitan. Semakin
lama mata tak bisa bersinar dengan terang, mungkin hanya tinggal 5 watt namun
perjalananku kurang 5 jam lagi untuk sampai ke stasiun pasar senen jakarta. Akhirnya aku terelap juga di kereta
tepat disebelah kaca, dengan posisi kepalaku bersandar ke kaca. Sekejap kututup mata, dan
dibangunkannya aku oleh seorang teman baikku dari sejak sekolah menengah
pertama hingga di bangku kuliah ini bernama Farid Zaidy. “broow udah sampai ni, bangun .
. . .bangun. . . . bangun “ terdengar suara kecil yang
masuk dalam telinga.
Dengan mata yang masih belum sempurna membukanya, akhirnya terlihat juga
tulisan di pojok stasiun “PASAR SENEN”. Kepergian kami di Jakarta ini hanya untuk
sementara waktu dan akan kami lanjutkan perjalanan ke Malaysia. Kami berempat menginap di rumah saudaranya
Abdan yang berada di Jakarta utara sekitar 20 menit dari stasiun dengan
menggunakan mobil.
Setelah
dua hari kami menginap di rumah saudaranya abdan, kami melanjutkan perjalanan
ke Malaysia dengan menggunakan pesawat “LION AIR” dengan harga tiketnya Rp. 450.000,00. Alhamdulillah perjalanan kami dari
Surabaya-jakarta-malaysia tidak ada
hambatan, meskiput ada sedikit
kendala pada saat di bandara Soekarno Hatta yang penjaannya ketat, kami semua
diperiksa satu persatu dan beberapa dari kami dimasukkan didalam tabung
metaldetector, karena kami terindikasi membawa senjata tajam. Tapi itu hanya kesalahpahaman,
ternyata satu orang dari kami membawa sebuah gantungan kunci. Sebelum ke bandara salah satu dari
kami sempat meremehkan, bahwa dengan membawa gantungan kunci itu Namun akhirnya
kami semua berhasil lolos dan itu semua menjadi pelajaran bagi kami semua bahwa
kami tidak akan meremehkan hal apapun. Setelah aku sampai ke KLIA (Kuala Lumpur Internasional Airport) aku
dijemput oleh pemilik apartemen yang ingin kami tempati.

Pada
saat di Malaysia aku pernah dalam 2 hari hanya makan donat saja dalam sekali
makan, aku melakukannya karenan posisi tidak ada biaya lagi untuk membeli
makanan. “knapa hanya
makan donat saja?” Tanya yusuf. “ya cup, biasa pengiritan uang” . dalam
hal tersebut aku mendapatkan pelajaran dalam menghemat uang, semenjak itu aku
menghemat uang dengan harapan nantinya ketika tua nanti. “Jika kita ingin melihat masa lalu
maka lihatlah dirimu saat ini, jika ingin melihat masa depan maka lihatlah apa
yang dilakukan saat ini” sepintas teringat ucapat ustad aji sebelum berangkat.
Saat
di Malaysia tidak hanya berkunjung kesekolah aku sempat bekeliling kota kuala
lumpur dengan menggunakan LRT (kereta Monorail). Aku dan
kawan kawan telah merencanankan sebelumnya untuk kunjungan ke tempat tempat
wisata. Tempat wisata
yang pernah aku kunjungi adalah Menara Petronas, Batu Cave, Cho Kit, Masjid
Jamek, Masjid India dan Pasar Seni. Ceritakami ketempat tempat wisata berangam, dari ketinggalan kereta,
kesasar, terlantar sampai mengais ngais air. Namun perjalanan yang paling seru menurut saya
adalah kesasar di tengah tengah keramaian kuala lumpur. kami kesasar pada saat perjalanan kembali ke
penginaapan dari chokit.
Chokit adalah sebuah kampung dimana mayoritas semua masyarakatnya adalah
orang-orang indonesia.
Perjalananku mulai dari tempat penginapan setelah aku dan teman-teman selesai
mengajar di sekolah.
Ide untuk berkunjung ke chokit berawal dari celetukan mas yusuf “rek aku pingin
panganan Indonesia, onok gagh nang kene” ujar Yusuf.”Onok cup, jare ustadzah falita onok kok cup”
ujar aku dengan sedikit tersenyum. “nang endi” Tanya Yusuf kembali. “onok jenenge cho kit” . “ok berangkat wes” sahut semua
teman teman.
Kami berangkat dari
penginapan ke Cho Kit dengan menggunkan bus “T200” menuju ke stasiun LRT Gombak
dengan harga 1 ringgit.
Setelah kami menggunakan LRT kami jalan kaki untuk mencari tempat yang ramai di
kunjungi. Setelah kami
semua makan kami kembali, karena kami semua berpisah aku, yusuf dan farich
menuju kepenginapan, farid ke pasar seni, abdan ke menara petronas. Dalam perjalanan aku, yusuf dan
farich tidak tahu arah untuk kembali ke
tempat penginapan.
Akhirnya kami menunggu bis yang tadinya aku tumpangi. Lama kami menunggu, akhirnya saya saran untuk
menaiki bis lain “Go KL” dengan biaya gratis. Saya meyakinkan teman teman “yo numpak bis iki
ae” ujar saya “ ojok sok-sok an ta?”
sahut yusuf. “wes
numpak ae” sahut saya dengan nada yang
percaya diri . namun
lama kami menaiki bis itu ternyata bi situ hanya berputar pada komplek itu saja. Namun saya masih meyakinkan kepada
teman teman untuk tetap menggunakan bis tersebut. Berkali kali mas yusuf dan farich
mengiingatkan saya “jangan sok tahu din”
Berjam jam kami menunggu
akhirnya saya nyerah juga, bahwa saya salah dengan anggapan saya tadi. Kami pun turun di tengah jalan,
setelah kami berputar putar dua kali dengan menggunakan bis “Go KL”. Kamibertiga tak tahu arah untuk pulang, kami bertiga ngelandang
(terlantar dengan posisi jam sudah larut malam, Hp dalam keadaan mati. Tak tahu berapa kali bertanya
kepada orang, namun semua orang bilang, kalau jam segini tidak ada angkutan
selain LRT. Dengan
perasaan kecawa kami lanjutkan perjalanan dengan menggunakan jalan kaki sekitar
20 menit dan dilanjutkan dengan menaiki LRT. Dari perjalanan itu aku banyak mengambil
pelajaran terutama “jangan sok tahu ketika belum pernah dilakukan”. Dan mulai saat itu aku berpesan
pada diri sendiri untuk tidak manjadi orang yang sok tahu, karena dapat
mencelakai diri sendiri dan orang lain.
0 comments:
Post a Comment