Pages

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Sunday, 18 February 2018

Usaha Yang Tak SIA-SIA Di Malaysia


Usaha Yang Tak Sia-Sia
Sekitar dua hari setelah pembuatan passport, saya berpikir untuk melanjutkan usaha keras yang berikutnya. Pada sore hari selepas kuliah, terkadang saya membaringkan badan sejenak di ranjang asrama yang mulai mengempes. Tak lama kemudian sambil memikirkan apa yang dilakuakn hari esok, dari kejauhan tampak seorang yang berbaju putih, tinggi dan kurus. Kupandangi dari kejauhan semakin lama semakin kelihatan wajah dari seseorang tersebut. Dan ternyata seorang tersebut adalah Ubay teman samping ranjangku, dengan raut wajah yang begitu sumringah.
“bay! Gelem ngewangi aku gak?” sambil ku dekati dia.
Ia langsung menjawab” iya, onok apa pin, onok sing isok diewangi ta?” dengan raut wajah yang penuh penuh penasaran.
“ ngene lo bay, duitku entek, tapi maringene nang luar negeri bay”
“ ayo join sama aku aja kalua gitu” ubay menjawab dengan penuh semangat
“ join apa ya enaknya”
“ hhhhmmmm, kalau gitu kita join menjual jajanan atau snack yang pas dikantong mahasiswa pin”
“ok, kapan berangkat membeli snacknya bay”
Pada keesokan harinya kami berangkat membeli snack satu kilo yang nantinya kami membungkusnya sendiri. Dengan mengayuh santai sepeda milik mahasiswa STKIP Al Hikmah Surabaya kami berdua berangkat menuju tempat bersama-sama. Sekitar 1 kilo meter jarak kami menempuh toko snack. Dengan tekat yang kuat kami yakin usaha kami tak akan sia-sia.
***
Suasana pagi di hari libur pekan yang cerah, embun pagi jatuh di dedaunan yang hijau. Seperti biasanya para santri Ma’had Aly Al Hikmah Surabaya malakukan kegiatan menghafal, murajaah, mentadaburi Al Qur’an di masjid. Sama halnya dengan santri yang lain saya mengahafal Al Qur’an dan menyetorkan hafalan kepada ustadz aidin selaku mustami’ di halaqoh kami. Tak beberapa lama setelah menyetorkan hafalan, ubay dengan wajah penuh gembira datang menghampiriku “ pin gimana hasil kantin kejujuran minggu ini” Tanya ubay.
“Alhamdulillah bay, sekitar 40 ribu untung kita minggu ini dan modal penjualan di kantin kejujuran kembali”
“ yha, kalau dihitung tiap bulan kita untung 160 ribu” jawab ubay
Namun sekitar 3 minggu berjualan, kami mengalami penurunan dikarenakan semua santri sudah mulai bosan dengan sanck yang kami jual. Akhirnya kami memutuskan untuk menjual makanan lain yang harga nya murah dan disukai oleh mahasiswa yang ada di ma’had. Kurun waktu ubay pun beralih berjualan dorayaki dengan umar, harga yang murah dan berfariatif. Hari untuk igs luar negeri semakin dekat, namun pundi-pundi uang yang terkumpul belum banyak. Tampa berpikir panjang saya datang keteman lama saya dengan niat mencari pekerjaan. Namun alhasil malah yang didapatkan adalah uang hutang dari teman yang lainnya. “ yha alhamdulillah meski uang hutang saya yakin ini uang berkah” .
seminggu setelah mendpatkan dana dan passport, kami berempat langsung berangkat ke Malaysia, sedangkan yusuf masih tertinggal di Indonesia dikarenakan ada kendala pada passport nya.
Kesasar Di negeri Jiran
Pada Jum’at pagi tanggal 18 November yang indah di musim pengalihan antara kemarau dengan hujan itu, setelah mengikuti brefing pagi jam 7 pagi, kelompok kami menyempatkan diri untuk membaca Al Qur’an di lorong lantai 4 gedung B STKIP Al Hikmah Surabaya. Setelah membaca lembar demi lembar, ayat demi ayat, tiba tiba terdengar suara dari pintu ruang arofah “ayo masuk kedalam” kata Ust Rohman, selaku wakil penanggung jawab mata kuliah abad 21.  Sebelumnya kami sudah ada janjian bersamanya untuk mempresentasikan persiapan kami sebelum berangkat ke luar negeri. Tak lama kami berlima langsung beranjak untuk menemui beliau dan langsung masuk bergantian. kami berlima beranggotakan Yusuf, Abdan, Farid, Farich dan saya sendiri. “Assalamualikum Wr.Wb” sahut kami bersama sama didepan semua dosen, selama kurang lebih 10 menit kami menjelaskan persiapan keberangkatan kami di Malaysia.
                Tak terasa matahari sudah mulai meninggi, sebentar lagi kisah perjalanan kami baru saja dimulai. Perjalanan kami dimaulai dengan menggunakan kereta dari stasiun wonokromo menuju kota metropolitan jakarta. Keramaian tampak di stasuin dari mulai bangku yang sesak hinga sudut-sudut stasiun pun menjadi incaran bagi para pelancong seperti kami untuk menunggu kedatangan besi berjalan. Bagi sebagian orang perjalanan jauh dengan menggunakan kereta sangat membosankan. Namun berbeda dengan ku, perjalanan ini merupakan bagian dari sebuah penghematan biaya.
                Tak terasa, siang sudah bergantii malam, Sepanjang malam, jalanan kota hari ini sepi, malam semakin larut. Bebunyian yang tersisa hanyalah suara dengkur penumpang yang kelihatan kelelahan. Hampir sekitar 7 jam aku berada di kursi penumpang dan tak lupa untuk tunaikan kewajiban sebagai orang muslim (Sholat). Inilah pertama kali aku sholat lima waktu dan ditambah sholat  di kursi penumpang kereta api jurusan kota metropolitan. Semakin lama mata tak bisa bersinar dengan terang, mungkin hanya tinggal 5 watt namun perjalananku kurang 5 jam lagi untuk sampai ke stasiun pasar senen jakarta. Akhirnya aku terelap juga di kereta tepat disebelah kaca, dengan posisi kepalaku bersandar ke kaca. Sekejap kututup mata, dan dibangunkannya aku oleh seorang teman baikku dari sejak sekolah menengah pertama hingga di bangku kuliah ini bernama Farid Zaidy. “broow udah sampai ni, bangun . . . .bangun. . . . bangun “ terdengar suara kecil yang masuk dalam telinga. Dengan mata yang masih belum sempurna membukanya, akhirnya terlihat juga tulisan di pojok stasiun “PASAR SENEN”. Kepergian kami di Jakarta ini hanya untuk sementara waktu dan akan kami lanjutkan perjalanan ke Malaysia. Kami berempat menginap di rumah saudaranya Abdan yang berada di Jakarta utara sekitar 20 menit dari stasiun dengan menggunakan mobil.
                Setelah dua hari kami menginap di rumah saudaranya abdan, kami melanjutkan perjalanan ke Malaysia dengan menggunakan pesawat “LION AIR”  dengan harga tiketnya Rp. 450.000,00. Alhamdulillah perjalanan kami dari Surabaya-jakarta-malaysia tidak ada
hambatan, meskiput ada sedikit kendala pada saat di bandara Soekarno Hatta yang penjaannya ketat, kami semua diperiksa satu persatu dan beberapa dari kami dimasukkan didalam tabung metaldetector, karena kami terindikasi membawa senjata tajam. Tapi itu hanya kesalahpahaman, ternyata satu orang dari kami membawa sebuah gantungan kunci. Sebelum ke bandara salah satu dari kami sempat meremehkan, bahwa dengan membawa gantungan kunci itu Namun akhirnya kami semua berhasil lolos dan itu semua menjadi pelajaran bagi kami semua bahwa kami tidak akan meremehkan hal apapun. Setelah aku sampai ke KLIA (Kuala Lumpur Internasional Airport) aku dijemput oleh pemilik apartemen yang ingin kami tempati.
                Aku di Malaysia tinggal di Apartement selama 3 hari dan aku dan kawan-kawan pindah ke sebuah masjid di IIUM (Internasional Islamic University Malaysia) selama  7 hari. Perpindahan kami dari apartemen ke masjid IIUM dikerenakan beberapa hal. Diantaranya adalah jauhnya apartemen dengan sekolah yang aku kunjungi. Selama di Malaysia makanan yang kami makanan semuanya halal karena sangat mudah untuk memperoleh makanan halal di Malaysia, khususnya di daerah komplek IIUM.
                Pada saat di Malaysia aku pernah dalam 2 hari hanya makan donat saja dalam sekali makan, aku melakukannya karenan posisi tidak ada biaya lagi untuk membeli makanan. “knapa hanya makan donat saja?” Tanya yusuf. “ya cup, biasa pengiritan uang” .  dalam hal tersebut aku mendapatkan pelajaran dalam menghemat uang, semenjak itu aku menghemat uang dengan harapan nantinya ketika tua nanti. “Jika kita ingin melihat masa lalu maka lihatlah dirimu saat ini, jika ingin melihat masa depan maka lihatlah apa yang dilakukan saat ini” sepintas teringat ucapat ustad aji sebelum berangkat.
                Saat di Malaysia tidak hanya berkunjung kesekolah aku sempat bekeliling kota kuala lumpur dengan menggunakan LRT (kereta Monorail).  Aku dan kawan kawan telah merencanankan sebelumnya untuk kunjungan ke tempat tempat wisata. Tempat wisata yang pernah aku kunjungi adalah Menara Petronas, Batu Cave, Cho Kit, Masjid Jamek, Masjid India dan Pasar Seni. Ceritakami ketempat tempat wisata berangam, dari ketinggalan kereta, kesasar, terlantar sampai mengais ngais air. Namun perjalanan yang paling seru menurut saya adalah kesasar di tengah tengah keramaian kuala lumpur. kami kesasar pada saat perjalanan kembali ke penginaapan dari chokit. Chokit adalah sebuah kampung dimana mayoritas semua masyarakatnya adalah orang-orang indonesia. Perjalananku mulai dari tempat penginapan setelah aku dan teman-teman selesai mengajar di sekolah. Ide untuk berkunjung ke chokit berawal dari celetukan mas yusuf “rek aku pingin panganan Indonesia, onok gagh nang kene” ujar Yusuf.”Onok cup, jare ustadzah falita onok kok cup” ujar aku dengan sedikit tersenyum. “nang endi” Tanya Yusuf kembali. “onok jenenge cho kit” . “ok berangkat wes” sahut semua teman teman.
Kami berangkat dari penginapan ke Cho Kit dengan menggunkan bus “T200” menuju ke stasiun LRT Gombak dengan harga 1 ringgit. Setelah kami menggunakan LRT kami jalan kaki untuk mencari tempat yang ramai di kunjungi. Setelah kami semua makan kami kembali, karena kami semua berpisah aku, yusuf dan farich menuju kepenginapan, farid ke pasar seni, abdan ke menara petronas. Dalam perjalanan aku, yusuf dan farich  tidak tahu arah untuk kembali ke tempat penginapan. Akhirnya kami menunggu bis yang tadinya aku tumpangi. Lama kami menunggu, akhirnya saya saran untuk menaiki bis lain “Go KL” dengan biaya gratis. Saya meyakinkan teman teman “yo numpak bis iki ae” ujar saya  “ ojok sok-sok an ta?” sahut yusuf. “wes numpak ae”  sahut saya dengan nada yang percaya diri . namun lama kami menaiki bis itu ternyata bi situ hanya berputar pada komplek itu saja. Namun saya masih meyakinkan kepada teman teman untuk tetap menggunakan bis tersebut. Berkali kali mas yusuf dan farich mengiingatkan saya “jangan sok tahu din”
Berjam jam kami menunggu akhirnya saya nyerah juga, bahwa saya salah dengan anggapan saya tadi. Kami pun turun di tengah jalan, setelah kami berputar putar dua kali dengan menggunakan bis “Go KL”. Kamibertiga tak tahu arah  untuk pulang, kami bertiga ngelandang (terlantar dengan posisi jam sudah larut malam, Hp dalam keadaan mati. Tak tahu berapa kali bertanya kepada orang, namun semua orang bilang, kalau jam segini tidak ada angkutan selain LRT. Dengan perasaan kecawa kami lanjutkan perjalanan dengan menggunakan jalan kaki sekitar 20 menit dan dilanjutkan dengan menaiki LRT. Dari perjalanan itu aku banyak mengambil pelajaran terutama “jangan sok tahu ketika belum pernah dilakukan”. Dan mulai saat itu aku berpesan pada diri sendiri untuk tidak manjadi orang yang sok tahu, karena dapat mencelakai diri sendiri dan orang lain.


0 comments:

Post a Comment